Latar belakang
Berbagai peristiwa penting telah mewarnai dan membentuk arah ekonomi global. Salah satunya tahun 2003 adalah tahun dimulainya AFTA. Perusahaan dalam memasuki persaingan yang semakin ketat akan menetapkan strategi bersaing agar tetap dapat bertahan (survive). Salah satu usaha yang dilakukan adalah pemilihan strategi yang diterapkan disesuaikan dengan core competencies yang dimiliki serta kondisi eksternal perusahaan. Selain itu usaha yang dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan investasi pada teknologi informasi. Dengan teknologi informasi memungkinkan perusahaan yang mengadopsinya memiliki keunggulan kompetitif. Teknologi informasi memberikan peluang bagi perusahaan global untuk meningkatkan koordinasi dan pengendalian, atau dapat pula dimanfaatkan untuk mendapatkan keunggulan daya saing di pasar dunia (Johnston dan Carrico, 1998; Clemons dan Kimbrough, 1991; Mahmod dan Mann, 1993; Kettinger et al.,1994; Mata et al., 1995; Ross et al., 1995).
Investasi yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Keputusan untuk melakukan investasi teknologi informasi menyangkut nilai yang besar, maka salah satu faktor penentu adalah kematangan teknologi informasi perusahaan. Kematangan teknologi informasi perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap keinginan untuk melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan terhadap globalisasi (Ein-Dor dan Segev, 1978; Goslar dan Grover, 1993; Mata et al, 1995; Karimi et al, 1996).
Perdagangan bebas akan menyebabkan meningkatnya persaingan antar perusahaan. Hal ini disebabkan lingkungan usaha menghadapi suatu ketidakpastian yang tinggi. Dalam menghadapi lingkungan usaha seperti ini perusahaan diharuskan untuk senantiasa mencari cara dan metode baru agar tetap bertahan dan selalu unggul dalam persaingan.