Pembuatan Cider Dari Ekstrak Buah

Pembuatan Cider Dari Ekstrak Buah

Apa itu Cider…??

Cider adalah minuman hasil fermentasi sari buah dan mengandung alkohol 6,5 – 8,0 persen. Di Indonesia, cider belum banyak dikenal sehingga belum mempunyai syarat mutu atau standar industri. Disamping sari buah, cider dapat juga dibuat dari seduhan teh atau seduhan kopi bergula, Mikroba yang berperan dalam fermentasi cider umumnya adalah khamir atau ragi dari genus Saccharomyces, Candida dan Hansenula, dan jenis bekteri yaitu Asetobacter xylinum. Jumlah larutan yang ditambahkan sekitar 2  – 20 persen dari volume sari buah. Sedangkan lama fermentasi tergantung dari  jenis khamir yang dipakai, kadar awal gula dan kadar alkohol yang diinginkan. Selama  fermentasi terjadi penguraian gula menjadi alkohol, dan hasil sampingnya berupa asam asetat, asam laktat dan alhedida. Lemak juga akan terurai menjadi asam lemak yang selanjutnya membentuk ester asam lemak yang merupakan komponen cita rasa penting.

Starter atau Laru Cider

Starter atau laru cider yang  baik dibuat dari kultur murni  Saccharimyce cerevisiae, S. ludwigii atau Acetobacter xylium. Mikroba-mikroba di atas dapat dipakai secara tunggal atau campuran. Dapat juga menggunakan kultur yang biasa digunakan untuk  tea cider. Mula-mula kultur murni tersebur  diperbanyak jumlah selnya dengan menumbuhkan pada media Yeast Maltose Broth (YMB) untuk  Saccharomyces atau Ekstrak Taoge Broth untuk Acetobacter. Jumlah sel yang diinginkan untuk starter adalah 108  – 109. Substrat untuk starter dibuat dari sari buah yang akan dibuat cider, dibuat dengan perbandingan aor : buah = 2 : 1 dan ditambah gula 10 persen. Sari buah yang telah ditambah gula dipasteurisasi dengan dipanaskan 60°C selama 30 menit. Kemudian didinginkan dan ditambah kultur(tunggal atau campuran) sebanyak 5 – 10 persen, lalu ditutup kain kasa dan dibiarkan pada suhu ruang sampai terbentuk film yang tipis. Setelah itu ditambah lagi sari buah  secara hati-hati melalui dinding wadah. Dibiarkan lagi pada suhu kamar sampai terbentuk film setebal 0,5 – 1,0 cm. Starter ini, 3 – 4 hari sebelum digunakan harus ditambah dengan sari buah.

Cara Melilit Dinamo Tamiya

Cara Melilit Dinamo Tamiya

Cara melilit dinamo tamiya yang benar pastilah sangat ingin diketahui oleh para anda penggemar Tamiya Mini 4WD. Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin melilit dinamo tamiya agar bisa membuat Tamiya anda bisa jalan dengan cepat adalah sebagai berikut:

Peralatan yang dipersiapkan:

  • Angkur, ini adalah Core dari Komponen Dinamo Tamiya, dimana angkur ini berfungsi untuk tempat melilit tembaga dinamo yang berpengaruh terhadap hantaran listrik yang dihasilkan.
  • Tembaga, untuk mencapai kecepatan maksimal jenis Tembaga dan Ukuran Tembaga dinamo Tamiya yang akan kita buat sangat berpengaruh dalam perfomance tamiya anda. Untuk menambah pengetahuan anda dalam menentukan jenis Tembaga dan Ukuran tembaga yang ingin digunakan sebagaiknya anda coba buka kembali tentang sifat-sifat hantaran listrik pada buku-buku pelajaran fisika. Bisa anda buka prinsip-prinsip kelistrikan di buku Fisika Klasik dan Fisika Modern
  • Magnet, diantara komponen lainnya yang berpengaruh terhadap kecepatan Tamiya adalah Magnet. Anda harus lebih selektif dalam memilih magnet pada dinamo tamiya. dan harap berhati-hati karena banyak magnet yang ada dipasaran adalah magnet buatan (Nonpermanen), dan perlu diketahui bahwa gaya kemagnetan sebuah magnet bisa berkurang yang disebabkan oleh masa pakai dan gaya gesek pada magnet tersebut sehingga membuat sifat magnet tersebut melemah dan berkurang.
Itulah beberapa hal yang perlu anda perhatikan sebelum ingin membuat dinamo tamiya, selain cara melilit dinamo tamiya hendaknya diperhatikan hal-hal tersebut diatas agar perfomance tamiya anda bisa semaksimal mungkin dan mengahasilkan kecepatan optimal.

Cara dan Proses Membuat Arang Aktif

Pendahuluan

 

Definisi arang aktif ( activated carbon ) berdasarkan pada pola strukturnya adalah suatu bahan yang berupa karbon amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas serta memiliki permukaan dalam sehingga memiliki daya serap yang tinggi. Pada proses industri arang aktif digunakan sebagai bahan pembantu dan dalam kehidupan sehari-hari. arang aktif semakin meningkat kebutuhannya baik didalam maupun luar negeri. Arang aktif memegang peranan yang sangat penting baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan pembantu pada proses industri dalam meningkatkan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan. Banyaknya bermunculan proses industri didalam dan diluar negeri semakin banyak pula kebutuhan arang aktif, untuk itu semakin banyak peluang untuk memproduksi dan memasarkan arang aktif. Permintaan yang sangat besar, baik domestik maupun internasional, maka tingkat persaingan dalam memproduksi arang aktif juga semakin membaik. Kompetisi pasar saat ini telah didukung dengan dikeluarkannya Standard Industri Indonesia ( SII ) yang mencakup persyaratan-persyaratan minimum yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas produk arang aktif. Produksi arang aktif di Indonesia masih banyak dijumpai industri arang aktif secara tradisional, proses sangat sederhana atau disebut proses bergantian (batch process) dalam scale produces yang sangat kecil Dan rendahnya kualitas, disebabkan oleh investasi Dan teknologi proses yang terbatas, namun pasar masih tetap menyerap produk tersebut. Bahan baku ( raw materials ) untuk memproduksi arang aktif di Indonesia tersedia sangat melimpah dan dapat diperbaharui ( renewable) , berupa limbah serbuk gergaji, limbah potongan-potongan kayu, limbah industri CPO kelapa sawit, tempurung kelapa, tanaman kayu hutan, aspal muda ( bitumen ) dan lain-lain

Karbon aktif adalah salah produk yang bernilai ekonomis tinggi . Pembuatan karbon aktif belum banyak dilakukan padahal potensi bahan baku yang banyak dinegara kita.  Tempurung kelapa sebagai bahan baku karbon aktif sangat besar, terlebih potensi pasar yang cukup menjanjikan.

Karbon aktif adalah nama dagang untuk arang yang mempunyai porositas tinggi, dibuat dari bahan baku yang mengandung zat arang. Memiliki permukaan dalam besar mencapai 400-1600 m2/g karbon aktif dan memiliki volume pori-pori besar lebih dari 30 cm3/100 g.
Pada dasarnya karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon. Pemilihan tempurung kelapa sebagai bahan baku karbon aktif atas dasar kualitas yang dihasilkan lebih baik dari bahan lain.

Proses Pembuatan Karbon Aktif dari bahan baku tempurung kelapa terbagi menjadi dua tahapan utama yaitu:

  • Proses pembuatan arang dari tempurung Kelapa (karbonisasi)
  • Proses pembuatan karbon aktif dari arang (aktivasi)

Dalam tahap karbonisasi, tempurung kelapa dipanaskan tanpa udara dan tanpa penambahan zat kimia. Tujuan karbonisasi adalah untuk menghilangkan zat terbang. Proses karbonisasi dilakukan pada temperature 400-600 0C. Hasil karbonisasi adalah arang yang mempunyai kapasitas penyerapan rendah. Untuk mendapat karbon aktif dengan penyerapan yang tinggi maka harus dilakukan aktivasi terhadap arang hasil karbonisasi.

Proses aktivasi dilakukan dengan tujuan membuka dan menambah pori-pori pada karbon aktif. Bertambahnya jumlah pori-pori pada karbon aktif akan meningkatkan luas permukaan karbon aktif yang mengakibatkan kapasitas penyerapannya menjadi bertambah besar. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu teknik aktivasi fisik dan teknik aktivasi kimia. Proses aktivasi fisik dilakukan dengan cara mengalirkan gas pengaktif melewati tumpukan arang tempurung kelapa hasil karbonisasi yang berada dalam suatu tungku. Aktivasi kimia dilakukan dengan menambahkan bahan baku dengan zat kimia tertentu pada saat karbonisasi. Ada tiga jenis karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa yang banyak dipasaran yaitu:

  • Bentuk serbuk. Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil dari 0,18 mm (80#). Terutama digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas. Digunakan pada industry pengolahan air minum, industry farmasi, terutama untuk pemurnian monosodium glutamate, bahan tambahan makanan, penghilang warna asam furan, pengolahn pemurnian jus buah, penghalus gula, pemurnian asam sitrtat, asam tartarikk, pemurnian glukosa dan pengolahan zat pewarna kadar tinggi.
  • Bentuk Granular. Karbon aktif bentuk granular/tidak beraturan dengan ukuran 0,2 -5 mm. Jenis ini umumnya digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas. Beberapa aplikasi dari jenis ini digunakan untuk: pemurnian emas, pengolahan air, air limbah dan air tanah, pemurni pelarut dan penghilang bau busuk.
  • Bentuk Pellet. Karbon aktif berbentuk pellet dengan diameter 0,8-5 mm. Kegunaaan utamanya adalah untuk aplikasi fasa gas karena mempunyai tekanan rendah, kekuatan mekanik tinggi dan kadar abu rendah.Digunakan untuk pemurnian udara, control emisi, tromol otomotif, penghilangbau kotoran dan pengontrol emisi pada gas buang.

Pembuatan Metanol Dari Bahan Baku Biomas

Pembuatan Metanol  Dari  Bahan Baku Biomas

Seperti yang kita ketahui bahwa methanol dapat dihasilkan dari bahan baku biomas, seperti :

  1. Bahan-bahan yang mengandung hidrat arang dalam bentuk gula seperti tebu dan nipah
  2. Bahan-bahan yang mengandung hidrat arang dalam bentuk  zat tepung (starch) seperti ubi jalar, kentang, dan sagu.
  3. Bahan-bahan selulosa yang mengandung arang dengan bentuk molekul yang lebih kompleks seperti kayu.

Banyak limbah-limbah pertanian yang tidak memiliki nilai ekonomis memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bioethanol sehingga memiliki potensi ekonomis yang tinggi dan mampu berperan sebagai diversivikasi bahan bioetanol. Salah satu bahan baku biomas yang akan dibahas pada makalah ini adalah jerami.

Proses Biologi (Fermentasi)

Sebelum membentuk methanol, pada proses anaerob bahan baku biomas tersebut akan didegradasikan menjadi metana dan karbon dioksida melalui tahap-tahap yang merupakan serangkaian kegiatan metabolic dari kelompok-kelompok mikroorganisme yang berbeda. Dalam proses ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

  1. Hidrolisis dan asidifikasi

Pada tahap ini, bakteri fermentative akan menghidrolisis substrat polimer seperti polisakarida, protein, dan lemak menjadi monomer-monomer gula, asam amino, dan peptide.

  1. Asidogenesis

Sedangkan pada tahap ini, hasil hidrolisis dari tahap sebelumnya akan difermentasikan menjadi asam lemak volatile (asam asetat, asam butirat, dan propionat), asam lemak rantai panjang, CO2, format, NH4+, HS-, H2, alcohol.

  1. Asetogenesis

Selanjutnya, bakteri asetogenik pereduksi proton akan menguraikan propionate, asam lemak rantai panjang, alcohol, beberapa asam amino dan senyawa aromatic menjadi H2, format, dan asetat.

  1. Metanogenesis

Pada tahap akhir ini melibatkan 2 kelompok metanogen yang berbeda yaitu, metanogen hidrogenotropik yang menggunakan H2 dan format dari reaksi sebelumnya untuk mereduksi CO2 menjadi CH4 dan metanogen asetotropik yang menguraikan asetat menjadi CO2 dan CH4.

Proses Pengkonversian/Pengubahan Menjadi Gas Sintetis

Campuran hidrokarbon dari hasil metagenosis, diubah/dikonversi menjadi gas sintetis yang umumnya terdiri dari CO, CO2, H2. Proses pengubahan/pengkorvensian ini terjadi oleh kukus (steam)dan dibantu oleh katalis nikel menurut reaksi berikut :

CH4 + H2O ? H2

CO + H2OCO 2 H2

Kesetimbangan yang terjadi pada proses ini sangat tergantung pada :

? Tekanan

Kesetimbangan reaksi seformasi metana oleh steam akan bergeser ke kiri jika tekanan dinaikkan sehingga reformasi metana semakin berkurang. Akan tetapi, secara praktek akan lebih praktis jika digunakan tekanan tinggi karena tekanan tinggi akan menyebabkan temperature dinding pembuluh katalis meningkat.

? Temperatur

Kesetimbangan reaksi reformasi metana akan bergeser ke kanan dengan meningkatnya temperature karena reaksi endotermik menghasilkan lebih banyak CO2 dan H2. Dengan kata lain, pada tekanan dan perbandingan kukus/karbon konstan, kenaikan temperature akan menghasilkan konversi metana yang lebih besar.

?Perbandingan kukus/karbon

Pembentukan karbon sedapat mungkin dicegah karena dapat merusak katalis. Untuk mencegah pembentukan karbon, operasi sebaiknya dilaksanakan dengan kondisi kukus berlebih. Kelebihan kukus yang diberikan juga sebaiknya diatur seoptimum mungkin agar lebih ekonomis dan tidak memecah katalis.

Proses Sintesa Metanol

Pada proses ini menggunakan katalis Cu-ZnO. Katalis ini memiliki keaktifan sangat tinggi sehingga kecepatan reaksi tinggi pada temperature relative rendah 2250C. Katalis yang digunakan pada kilang methanol ini harus memiliki selektivitas sintesa methanol yang tinggi untuk memperkecil jumlah produk sampingan yang dihasilkan. Setelah proses ini terlewati , gas keluaran dari hasil reaksi sintesis methanol didinginkan dari 2250C menjadi 400C. Pendinginan ini bertujuan untuk memisahkan methanol mentah dari gas terlarut didalamnya

Proses Pemurnian Metanol

Kenaikan tekanan operasi akan menyebabkan bertambahnya gas terlarut dalam cairan. Untuk itu, oleh karena itu dilakukan penurunan tekanan agar gas-gas terlarut lepas. Sedangkan volatile impurities seperti dimetil eter, metil format, dan gas-gas inert terlarut dipisahkan dari methanol mentah. Setelah itu,methanol mentah dilakukan pemurnian pada kondisi 800C dan 1,5 bar. Pada kolom pemurnian ini, methanol akan menjadi produk atas dan air akan menjadi produk bawah. Air proses yang dihasilkan sebagai  produk bawah ini akan dipompa menuju pemanas air proses. Uap yang menuju puncak kolom distilasi akan didinginkan oleh suatu kondensor dimana uap methanol akan dikondensasikan secara total menjadi cairan bersuhu 690C. Metanol terkondensasi ini selanjutnya didinginkan lagi hingga mencapai suhu 400C dan ditampung.

Pembuatan Nata de Coco

Praktikum Pembuatan Nata de Coco

Tujuan Praktikum :

  1. Agar dapat mengerti bagaimana cara membuat Nata de Coco yang benar sehingga menghasilkan produk yang terbaik
  2. Mengerti prinsip kerja mikroba dalam pembuatan Nata de Coco

Teori    :

Nata de Coco adalah suatu produk hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Produk ini berbentuk padat, kokoh, kuat, putih, transparan, kenyal dan banyak digunakan sebagai bahan pencampur es krim, koktail buah, sirup dan makanan ringan lainnya.

Bakteri pembentuk Nata de Coco (Acetobacter xylinum) berbeda dengan species lainny : bila ditumbuhkan pada media yang mengandung gula,bakteri ini mampu mengubah gula menjadi selulose ekstraseluler. Selulosa yang diekresikan ke dalam media tersebut berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan, atau suatu selaput bertumpuk pada permukaan media, sehinggadapat mencapai ketebalan 1 sampai 2 cm.

Nilai gizi makanan ini sangat rendah sekali, kandungan terbesarnya adalah air yang mencapai 98 %. Karena itu, produk ini dapat dipakai sebagai sumber makanan rendah kalori untuk keperluan diet. Nata de Coco juga mengandung serat (dietary fibre) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.

Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
Kadungan kalori yang rendah pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan tersebut  maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata  de coco menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.

Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.

Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).

Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.

Dengan pertimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa merupakan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Fermentasi Nata de Coco dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

Persiapan bahan dan alat :

  • Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum
  • Pembuatan starter
  • Fermentasi
  • Pemanenan
  • Pengolahan
  • Pengemasan

Bahan yang digunakan  :

  1. 1000 mL air kelapa
  2. 70 g gula pasir
  3. 25 mL ekstrak tauge (50 g tauge direbus dalam 100 mL air)
  4. Biakan Acetobacter xylinum (dalam bentuk starter)
  5. Asam asetat glasial

Alat yang digunakan       :

  1. Gelas piala 100 mL dan 100 mL
  2. Kain saring
  3. Kertas pH
  4. Pemanas (Kompor)
  5. Panci / Wadah besar

Pemeliharaan Kultur Murni Acetobacter xylinum

Biakan atau kultur murni Acetobacter xylinum diperoleh di laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor. Kultur tersebut tumbuh pada media Hassid Barker. Koleksi kultur dapat dalam bentuk kering beku dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan dalam agar miring (slant agar). Koleksi kultur dalam bentuk kering beku dalam  ampul dapat bertahan hidup bertahun-tahun tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi kultur dalam agar miring perlu peremajaan setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi kultur pemeliharaannya dengan cara peremajaan dilakukan pada media agar miring.

Pemeliharaan koleksi kultur yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara: pembuatan media Hassid Barker Agar (HBA) dalam tabung reaksi dan peremajaan kultur setiap 2-3 bulan. Komposisi media HBA adalah sebagai berikut: sukrosa 10%, (NH4)2SO4 0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstrak khamir 2,5 g/L 2 % asam asetat glasial, agar difco 15 g/L . Media HBA dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan dalam autoclave 121 oC, 2 atm, selama 15 menit. Media dalam tabung reaksi masih panas diletakkan mring hingga membeku untuk  menghasilkan media agar miring. Peremajaan dapat dilakukan dengan cara menggoreskan 1 ose kultur kedalam media agar miring yang telah dipersiapkan. Kutur baru diinkubasi pada suhu kamar, selama 2-3 hari. Kultur akan tumbuh pada media HBA miring dengan bentuk sesuai alur goresan. Kultur yang terlah diremajakan siap untuk kultur kerja, dan sebagian disimpan untuk kultur simpan atau kultur stok (Stock Culture).

Persiapan Substrat

Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata de Coco.

Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco dengan bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut; air kelapa yang diperoleh dari pasar disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15 menit).

Penyiapan Starter

Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).   Penyiapan starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau deng n cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinoku asi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol kore  api),\ bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.

Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa / Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.  Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen.

Proses Pengolahan Nata de Coco

Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 1 – 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar. Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang mmiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi.

Pengemasan

Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti dan detail prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.

Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:

  1. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
  2. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
  3. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
  4. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.

Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar.

Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:

a. Kemasan harus bersih atau steril.

b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga

mikroba kontaminan tidak tumbuh. Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu didinginkan hingga suhu 40 oC (suma-suam kuku). Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan  selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.

Pembahasan

Pada praktikum pembuatan Nata de Coco dari air kelapa ini menggunakan aktifitas mikroba yang terdapat pada starternya.Starter nata adalah hasil perkembang biakan bakteri Acetobacter xylinum yang siap untuk diinokulasikan pada pembuatan nata dalam skala yang lebih besar (media fermentasi). Perkembangan ini dilakukan dalam media yang sama dengan media fermentasi, hanya dalma skala yang lebih sedikit ( 10% dari volume yang digunakan dalam fermentasi). Pembuatan starter ini bertujuan untuk mendapatkan bibit nata yang aktif, tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dan mampu berproduksi seperti yang diharapkan.

Kami siap bantu anda! Klik disini

Kami siap membantu anda, untuk berdiskusi dengan Tim Kami silahkan klik langsung profile yang sedang online. Jika jaringan sedang sibuk, disebabkan sedang melayani pelanggan lain. Untuk respon cepat selanjutnya kirim email ke: [email protected] untuk pelayanan via Help Desk

Account Executive

Mei Dwi - Head Office

Online

Account Executive

Eva Arlinda- Head Office

Online

Account Executive

Umu Hanifatul - Head Office

Online

Account Executive

Andini - Head office

Online

Mei Dwi - Head OfficeAccount Executive

Halo bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Eva Arlinda- Head OfficeAccount Executive

halo bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Umu Hanifatul - Head OfficeAccount Executive

Maaf bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Andini - Head officeAccount Executive

Halo bapak/ibu ada yang bisa saya bantu? 00.00