Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS)

Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS)

Spektrofotometer serapan atom yang biasa dikenal dengan nama AAS ialah suatu teknik analisis unsur yang berdasarkan pada absorpsi sinar oleh atom bebas. Kirchoff dan Bunsen pada tahun 1860 mengemukakan bahwa spektrum atom, baik spektrum emisi maupun spektrum absorpsi dapat digunakan sebagai dasar teknik analisis unsur selektif. Pada tahun 1953 Walsh pertama kali memperkenalkan analisis cara AAS ini, mendemonstrasikan penggunaannya pada tahun 1954. Pada tahun itu analisis unsur umumnya memakai cara kolorimetri atau spektroskopis emisi. Sekarang absorpsi atom merupakan pilihan utama dalam analisis unsur, terutama yang berkadar rendah.

AAS bekerja berdasarkan hukum Lambert-Beer yang merupakan gabungan dari hukum Lambert dan hukum Beer.

Hukum Lambert :

      “ Bila suatu cahaya monokromatis atau polikromatis melalui suatu media yang transparan, maka bertambah turunnya intensitas cahaya sebanding dengan tebalnya media. “

Hukum Beer :

      “ Bila suatu cahaya monokromatis atau polikromatis melalui suatu bidang atau media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya kepekatan. “

Hukum Lambert-Beer :

      “ Bila suatu cahaya monokromatis atau polikromatis melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya kepekatan.dari media.”

Bentuk matematika hukum Lambert-Beer:

A= ?.c.t

Keterangan: A: absorban

? : koefisien

c : kepekatan media (mol/L)

t : tebal media (cm)

Prinsip dasar cara AAS adalah contoh yang berupa larutan bersama-sama bahan bakar dibuat suatu aerosol dan dimasukkan ke dalam pembakar, disini conto dijadikan atom bebas. Atom-atom bebas selain dapat mengabsorpsi energi panas, juga dapat mengadsopsi energi cahaya sehingga membentuk atom tereksitasi. Cahaya yang diabsorpsi sangat spesifik sekali bagi setiap unsur, yaitu sesuai dengan energi cahaya emisi dari unsur tersebut.

Teknik kromatografi permeasi gel (GPC)

Teknik kromatografi Permeasi Gel (GPC)

Teknik kromatografi permeasi gel (GPC) berkembang sebagai cara penentuan bobot molekul polimer yang digunakan sejak tahun 1960-an. Kromatografi gel merupakan metode kromatografi baru, meliputi kromatografi eksklusi, kromatogeafi penyaring gel, dan kromatografi permeasi gel. Kromatografi ini paling mudah dimengerti dan paling mudah dikerjakan dan sederhana. Diantara aplikasinya dapat digunakan untuk menentukan bobot molekul polimer

 Metode ini dapat digunakan terhadap suatu cuplikan yang larut dan penggunaan utama kromatografi gel biasanya dalam salah satu dari tiga hal ini. Pertama, kromatografi gel sangat berguna untuk untk pemisahan spesies dengan berat molekul tinggi (BM >2000), terutama yang tak terionkan. Selain dariresolusi dari setiap makromolekuler seperti protein dan asam nukleat, kromatografi gel dapat digunakan untuk mendapatkan distribusi berat molekul dari polimer sintetis. Kedua, campuran sederhana dapat dipisahkan secara mudah dengan kromatografi gel, terutama jika penyusun campuran itu memiliki berat molekul yang sangat berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan dalam jumlah besar. Ketiga, kromatografi gel sangat cocok untuk kerja awal, pemisahan eksplorasi dari cuplikan yang tak diketahui. Pemisahan ini memberikan gambaran isi cuplikan, sehingga dapat diketahui dengan cepat apakah cuplikan itu memiliki berat molekul rendah atau berat molekul tinggi.

Metode ini didasarkan pada teknik fraksinasi yang tergantung dari ukuran molekul polimer yang diinjeksikan ke dalam suatu kolom yang terdiri atas gel berpori berjari – jari sekitar 50 – 1060 A.

Kolom dapat melewatkan molekul pelarut yang merupakan fasa bergerak, sedangkan molekul polimer yang lebih kecil dapat memasuki pori – pori gel, karena itu bergerak lebih lambat disepanjang kolom dibanding molekul besar. Elemen yang keluar dideteksi dengan cara spektroskopi atau cara – cara fisik lainnya dan dikalibrasi dengan larutan polimer standar untuk menghasilkan kurva distribusi bobot molekul. (Sumber: http://niellastory.wordpress.com)

Pengertian Polimer dan Aplikasi Polimer dalam Kehidupan serta Industri

Pengertian Polimer dan Aplikasi Polimer dalam Kehidupan dan Industri

Polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Berabad-abad yang lalu manusia sudah menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene, polystyrene, dan nilon pada tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang. Sebelum mendiskusikan peranan polimer dalam konstruksi komersial, berikut ini kami sajikan sedikit infromasi mengenasi struktur, tipe, dan sifat-sifat fisik polimer. Polimer seperti kapas, wol, karet, dan semua plastik digunakan di hampir semua industri. Polimer alami dan sintetik bisa diproduksi dengan beragam kekakuan, kekuatan, ketebalan, dan ketahanan terhadap panas. Elastomer (polimer bersifat elastis) memiliki struktur yang saling bersilangan dan longgar. Struktur rantai bertipe inilah yang menyebabkan elastomer memiliki ingatan. Rata-rata 1 dari 100 molekul saling bersilangan. Saat jumlah rata-rata ikatan saling bersilangan itu meningkat (sekitar 1 dalam 30), material menjadi lebih kaku dan rapuh. Baik karet alami dan sintetis adalah contoh dari elastomer. Di bawah kondisi temperatur dan tekanan tertentu, plastik yang juga termasuk polimer dapat dibentuk atau dicetak. Berbeda dengan elastomer, plastik lebih kaku dan tidak memiliki elastisitas yang dapat dibalik. Selulosa mreupakan salah satu contoh material berpolimer yang harus dimodifikasi secara bertahap sebelum diproses dengan metode yang biasanya digunakan untuk plastik. Beberapa plastik (seperti nilon dan selulosa asetat) dibentuk menjadi fiber. Padatan amorf terbentuk saat rantai memiliki orientasi yang kecil di sepanjang polimer yang besar. Temperatur transisi kaca merupakan titik dimana polimer mengeras menjadi padatan amorf. Istilah ini digunakan sebab padatan amorf punya sifat-sifat yang mirip dengan kaca. Dalam proses kristalisasi, ditemukan bahwa rantai-rantai yang relatif pendek mengorganisir diri mereka sendiri menjadi struktur kristalin lebih cepat daripada molekul yang lebih panjang. Dengan begitu, derajat polimerisasi (DP) merupakan sebuah faktor yang penting dalam menentukan kekristalinan sebuah polimer. Polimer dengan DP yang tinggi sulit diatur menjadi lapisan-lapisan sebab cenderung menjadi kusut. Dalam mempelajari polimer dan aplikasinya, penting untuk memahami konsep temperatur transisi kaca, T g. Polimer yang temperaturnya jatuh di bawah T g akan semakin kusut. Sedang polimer yang temperaturnya naik di atas T g akan menjadi lebih mirip dengan karet. Dengan begitu, pengetahuan akan T g merupakan hal yang penting dalam memilih bahan-bahan untuk berbagai aplikasi. Pada umumnya, nilai T g di bawah temperatur ruangan menentukan bidang elastomer sedang nilai T g di atas temperatur ruangan menyebabkan polimer berstruktur kaku. Perilaku ini bisa dipahami dalam hal struktur bahan berkaca yang biasanya dibentuk oleh substansi yang mengandung rantai-rantai yang panjang, jaringan atom-atom yang berhubungan, atau apapun yang memiliki struktur molekul yang komples. Normalnya dalal keadaan cair, bahan-bahan seperti itu memiliki sifat rekat/kekentalan yang tinggi. Saat temperatur berubah menjadi dingin dengan cepat, kristalin berada dalam keadaan lebih stabil sedang pergerakan molekul menjadi terlalu pelan atau geometri terlalu kaku untuk membentuk kristalin. Istilah kaca bersinonim dengan keadaan tak seimbang yang terus-menerus. Sifat polimer lainnya, yang juga sangat tergantung pada temperaturnya, adalah responsnya terhadap gaya—sebagaimana diindikasikan oleh dua tipe perilaku yang utama: elastis dan plastik. Bahan-bahan bersifat elastis akan kembali ke bentuk asalnya begitu gaya tidak ada lagi. Bahan-bahan plastik takkan kembali ke bentuk asalnya. Di dalam bahan plastik berlangsung aliran yang mirip dengan cairan yang sifat rekat/kekentalannya tinggi. Kebanyakan material mendemonstrasikan kombinasi dari perilaku elastis dan plastik, memperlihatkan perilaku plastik setelah melebihi batasan elastis. ( Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1825442-polimer/#ixzz1mbOLF1x7).

Aplikasi Polimer

  1. Polimer komersial (commodity polymers).Polimer ini dihasilkan di negara berkembang, harganya murah dan banyak dipakai dalam kehidupan sehari hari, Contohnya yaitu: Polietilen (PE), polipropilen (PP), polistirena (PS), polivinilklorida(PVC), melamin formaldehid.
  2. Polimer teknik (engineering polymers). Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi di negaramaju. Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang transportasi (mobil, truk, kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang- barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan barang-barang konsumsi. Contohnya: Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester.
  3. Polimer fungsional (functional polymers). Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan dibuat untuk tujuankhusus dengan produksinya dalam skala kecil. Contohnya yaitu: kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer pekacahaya, membran, biopolimer.

Cara Menentukan Bobot Molekul Polimer

Cara Menentukan Bobot Molekul Polimer  

Dalam perkembangannya untuk menentukan bobot molekul polimer tergantung dari masa molekul, hal inilah yang akan kita jumpai banyak pada bahan pembuat polimer, misalnya kelarutan, ketercetakan, larutan serta lelehan. Karena itu perlu diketahui cara menentukan bobot molekul polimer. Prinsip dasar penentuan bobot molekul polimer adalah dengan menghitung jumlah rantai per satuan berat, dengan cara analisis kimia langsung (analisis gugus ujung),  pengukuran sifat koligatif larutan polimer yang berbanding langsung dengan jumlah polimer dalam larutan. Di samping itu, dapat ditentukan pula dengan cara pengamatan sifat fisik larutan yaitu menggunakan metode hamburan cahaya, ultrasentrifugasi, viskositas dan teknik kromatografi permeasi gel (GPC).

Beberapa Metode yang digunakan dalam penentuan berat molekul adalah sebagai berikut:

Metode Analisis Gugus Ujung 

Analisis gugus ujung merupakan teknik analisis polimer untuk mengetahui massa molekul satu sampel atau sistem dengan menghitung jumlah rantainya. Dalam proses polarisasi pada suatu monomer awal dan akhir rantai, akan terdapat gugus fungsi yang tidak berkaitan dengan satuan monomer lain. Jika suatu polimer diketahui mengandung jumlah tertentu gugus ujung per molekulnya, maka jumlah gugus itu dapat ditentukan dalam jumlah massa polimer dengan metode analisis gugus ujung. Dengan demikian jika massa 1 mol polimer dapat ditentukan, maka molekul atau bobot molekul polimer juga dapat ditentukan.

Pengukuran Sifat Koligatif  Larutan (Osmometri) 

Osmometri adalah metode penentuan bobot yang didasarkan pada peristiwa Osmosis. rata – rata  jumlah yang didasarkan pada sifat – sifat koligatif, osmometri membran merupakan metode yang paling bermanfaat dalam menentukan jumlah partikel terlarut yang ada dengan menghasilkan harga rata-ratamassa molekul relatif. Osmosis dapat dikatakan sebagai pelewatan pelarut melalui selaput ardatiris atau semipermiabel dan pelarut murni ke dalam larutan atau larutan encer ke larutan yang lebih pekat. Selaput ini biasanya terdiri atas selofan atau pun bahan berselulosa lainnya. Selaput ini hanya melewatkan pelarut saja sedangkan zat terlarut tidak dapat dilewatkan. 

Hamburan Sinar/Cahaya
Hamburan cahaya ( light scatering ) adalah metode analisis polimer untuk menentukan berat molekul satu contoh dengan melihat jumlah cahaya yang dihamburkan oleh partikel – partikel dalam larutan. Hamburan cahaya dapat dipakai untuk mendapatkan berat molekul mutlak. Prinsip kerjanya didasarkan pada fakta bahwa cahaya, ketika melewati suatu pelarut atau larutan melepaskan energiyang diakibatkan oleh absorbsi, konversi ke panas dan hamburan. Jika seberkas sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak menyerap sinar, maka sebagian sinar dihamburkan. Jika cairan pelarut dibuat tak homogen oleh penambahan molekul nisbi maka hamburan tambahan akan terjadi.

Ultrasentrifugasi dan Pengendapan

Ultrasentrifugasi merupakan metode penentuan bobot molekul dengan cara melibatkan pemutaran larutan polimer pada kecepatan tertentu. Metode ini lebih banyak dipakai untuk menentukan berat molekul polimer alam seperti protein. Tekniknya didasarkan pada prinsip bahwa molekul – molekul di bawah pengaruh medan sentrifugal yang kuat, mendistribusi diri menurut besarnya secara tegak lurus terhadap sumbu putar, suatu proses yang disebut sedimentasi dan lajunya proposional dengan massa molekul. Sentrifugasi dilakukan dalam suatu lubang terbuka dalam satu rangkaian sel dalam rotor, kedudukannya diberi jendela – jendela sedemikian dan bisa dipakai untuk mengamati perubahan konsentrasi dalam larutan polimer.

Viskositas

Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer Ostwald.

Kromatografi Permeasi Gel (GPC)

Teknik kromatografi permeasi gel (GPC) berkembang sebagai cara penentuan bobot molekul polimer yang digunakan sejak tahun 1960-an. Cara ini didasarkan pada teknik fraksinasi yang tergantung dari ukuran molekul polimer yang diinjeksikan ke dalam suatu kolom yang terdiri atas gel berpori berjari – jari sekitar 50 – 106°A. Kolom dapat melewatkan molekul pelarut yang merupakan fasa bergerak, sedangkan molekul polimer yang lebih kecildapat memasuki pori – pori gel, karena itu bergerak lebih lambat disepanjang kolom dibanding molekul

Polimer Gel

Gel adalah sistem dua atau lebih komponen bukan cair yang terbentuk dengan cara dispersi molekul dari senyawa bobot molekul rendah kedalam polimer rantai terikat – silang. Hal ini diakibatkan oleh adanya ikatan – kovalen, gaya antara molekul dan interaksi ion dengan gugus polar polimer atau antara rantai polimer. Gel tidak mempunyai sifat zat alir sama sekali, karena adanya ikatan antar rantai, sehingga gel merupakan keadaan antara dari zat cair dan padat.

Sel elektrolisis

Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Contohnya adalah elektrolisis lelehan NaCl dengan electrode platina. Contoh lainnya adalah pada sel Daniell jika diterapkan beda potensial listrik dari luar yang besarnya melebihi potensial sel Daniell. Sel Galvani adalah sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. Jika kedua elektrodanya dihubungkan dengan sirkuit luar, dihasilkan arus litrik yang dapat dibuktikan dengan meyimpangnya jarum galvanometer  yang dipasang pada rangkaian luar dari sel tersebut.

Fraksinasi Polimer

Fraksinasi Polimer

Fraksinasi Polimer adalah Proses Pemisahan Sampel Polimer tertentu menjadi beberapa golongan. Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada kenyataan bahwa larutan polimer berkurang dengan naiknya massa molekul. Beberapa cara fraksinasi dapat diurakan sebagai berikut:

Dalam pengendapan bertingkat, sampel polimer dilarutkan pada pelarut yang cocok sehingga membentuk larutan yang berkonsentrasi 0,1%. Selanjutnya, ke dalam larutan encer tersebut ditambahkan bukan pelarut setetes demi setetes sambil diaduk cepat. Bahan bermassa molekul tinggi menjadi tak larut dan segera terpisah. Kemudian, zat bukan pelarut sebagai pengendap ditambahkan lagi untuk mengendapkan polimer bermasa molekul tinggi berikutnya. Tata kerja ini diulang-ulang sehingg sampel terpisah menjadi beberapa fraksi yang kian berkurang massa molekulnya.

Kami siap bantu anda! Klik disini

Kami siap membantu anda, untuk berdiskusi dengan Tim Kami silahkan klik langsung profile yang sedang online. Jika jaringan sedang sibuk, disebabkan sedang melayani pelanggan lain. Untuk respon cepat selanjutnya kirim email ke: [email protected] untuk pelayanan via Help Desk

Account Executive

Mei Dwi - Head Office

Online

Account Executive

Eva Arlinda- Head Office

Online

Account Executive

Umu Hanifatul - Head Office

Online

Account Executive

Andini - Head office

Online

Mei Dwi - Head OfficeAccount Executive

Halo bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Eva Arlinda- Head OfficeAccount Executive

halo bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Umu Hanifatul - Head OfficeAccount Executive

Maaf bapak/ibu adakah yang bisa saya bantu? 00.00

Andini - Head officeAccount Executive

Halo bapak/ibu ada yang bisa saya bantu? 00.00